Oleh Bonne Pukan
Anak Lembata, tinggal di Penfui Kupang
"YTH. Anggota KPU dan Panwaslu Lembata. Tolong netral dalam Pemilu Kada Lembata. Atau Anda juga sama dengan birokrasi Lembata yang bekerja untuk paket tertentu? Ya, kita pilih pemimpin, bukan penguasa. Sebenarnya KPU dan Panwaslu juga tahu kalau mesin politik paket tertentu adalah birokrat yang bekerja secara sistematis. Sudah menjadi rahasia umum kalau kerja para PNS atau birokrat hanya untuk mengamankan mata rantai kedudukan mereka sekarang. Sayang, jangan kita hancurkan Lembata untuk kepentingan sesaat. Tetapi berkipralah ke semua rakyat secara obyektif. Tolong tindak tegas semua pejabat atau PNS yang berpolitik praktis atas nama paket tertentu. Tks."
Saya sengaja mengutip lengkap sebuah curhat yang dikirim pembaca setia Pos Kupang pada edisi, Rabu (23/2/2011), di awal tulisan saya ini. Curhat itu ternyata sarat makna karena pasti pengirim curhat sudah tahu gerak langkah sesama warga Lembata, baik masyarakat biasa maupun masyarakat Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lembata dalam kaitan dengan proses pemilu kada yang sedang dimulai ini.
Orang Lembata tentu tahu betul, siapa saja pejabat dan PNS non pejabat yang getol sekali berjuang untuk paket tertentu. Dan orang Lembata juga tahu paket mana yang sedang diperjuangkan jajaran birokrat di Lembata. Bisa saja demi pengamanan diri dan jabatan pasca berakhirnya masa jabatan Drs. Andreas Duli Manuk dan Drs. Andreas Nula Liliweri pada tanggal 4 Agustus 2011 mendatang.
Ceritera berbagai pihak di Lembata, ternyata apa yang disampaikan pengirim curhat itu bukan hanya isu semata, tetapi memang demikian adanya. Di beberapa desa di Lembata, sudah sejak tahun lalu beberapa PNS dan pejabat birokrat berseliweran di sana untuk meminta dukungan bagi paket tertentu.
Ketika KPU Lembata membuka pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lembata periode 2011-2016 sejak tanggal 9 hingga 15 Februari 2011, sedikitnya sebelas paket yang memanfaatkan kesempatan tersebut. Sebelas paket itu adalah Yohanes Lake-Simon Krova (JONSON), Antanasius Amuntoda-Bernadus Boli Hipir (SINAR), Herman Wutun-Viktus Murin (TITEN), Bediona Philipus-Fredy Wahon (LIRIK KUSPLUS), Lukas Witak-Muhidin Ishak (KASIH), Gabriel Tobi Sona-Gerardi Tukan (TITE HENA), Eliaser Yance Sunur-Viktor Mado Watun (LEMBATA BARU), Andreas Liliweri-Yoseph Meran (AYO), Frans Making-Usman Syarif (FIRMAN), Paulus Doni Ruing-Paulus Mujeng (PAPA NIMUN) dan Petrus Langoday-Ahmad Bumi (PETANI).
Dari kesebelas paket itu dua paket, masing-masing KASIH dan TITE HENA mendaftar melalui pintu independen, sedangkan sembilan paket lainnya melalui pintu partai politik, baik ber-seat maupun non seat.
Kalkulasi politik tentang peluang bagi paket-paket yang akan lolos menjadi paket definitif untuk sementara baru dua paket yakni Paket TITEN dan paket LEMBATA BARU. Pasalnya dua paket ini diusung oleh parpol yang sudah memenuhi syarat tanpa harus berkoalisi dengan partai lainnya. Paket TITEN diusung Partai Golkar dan Paket LEMBATA BARU diusung PDI Perjuangan yang masing-masingnya sudah memenuhi syarat maksimal 15 persen untuk mengajukan calon sendiri tanpa harus berkoalisi dengan parpol lainnya.
Sementara paket-paket lainnya masih harus bekerja keras untuk mempersatukan perjuangan berkoalisi dengan parpol lainnya. Dan itu menjadi tugas KPU Lembata ketika memverifikasi dukungan parpol pengusung mulai dari keputusan parpol masing-masing untuk berkoalisi mendukung paket tertentu hingga kesepakatan berkoalisi.
Mengaitkan dengan curhat di atas, sebuah pertanyaan akan muncul. Peran yang dimainkan birokrat dengan bekerja serius itu, arahnya ke figur yang mana? Jawabannya mudah saja. Kita akan mulai mengurut kacang siapa birokrat yang akan maju dalam pertarungan politik lima tahunan ini.
Kita akan mulai dari Paket AYO. Calon bupatinya adalah wakil bupati sekarang, Drs. Andreas Nula Liliweri. Berikutnya paket Antanasius Amuntoda-Bernadus Boli Hipir, keduanya masih PNS aktif dan pejabat di Lembata. Amuntoda salah satu staf ahli di Pemkab Lembata dan Boli Hipir adalah Asisten II Setda Lembata.
Lainnya Lukas Witak-Muhidin Ishak. Lukas masih menjabat Asisten III Setda Lembata, dan Muhidin mantan Asisten III yang sudah pensiun, serta Paulus Mudjeng yang kini menjadi salah satu pejabat di Dinas PU Kabupaten Lembata.
Jika hal yang dilakukan para pejabat itu untuk mengamankan posisi mereka seperti yang disampaikan pengirim curhat tersebut, maka pemikiran para pejabat itu ternyata sangat kerdil. Pasalnya, untuk menduduki sebuah jabatan di birokrasi, seorang birokrat diangkat berdasarkan kemampuan didukung dengan kepangkatan atau golongan.
Pertayaan lain yang muncul, mengapa para pejabat itu harus takut tergeser jika muncul pemimpin baru? Jawabannya akan beragam. Misalnya jabatan yang diperoleh selama ini bukan karena kemampuan didukung dengan golongan/pangkat yang melalui pertimbangan baperjakat, tetapi karena faktor kedekatan disertai dengan kepiawaian 'berhamba' pada sang tuan.
Jika seorang PNS dengan niat sungguh memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai bidang tugasnya masing-masing dan menjalankan tugas pelayanan itu dengan sungguh-sungguh, maka jabatan di lingkup birokrasi pasti akan diperolehnya. Beda dengan PNS yang suka berhamba, mencium tangan sang tuan berulang-ulang kali sambil membuang puntung rokok dalam asbak yang sudah penuh sambil berjalan tunduk hingga nyaris mencium lututnya sendiri, serta menjilat ke atas, ke bawah dan ke samping kiri dan kanan.
Siapa yang Tereliminir
Setelah pendaftaran pasangan bakal calon bupati dan Wakil Bupati Lembata, sebelas pasang itu kemudian melakukan pemeriksaan kesehatan di RSUD Prof. WZ Johannes Kupang pertengahan Februari lalu. RSU milik Pemerintah Propinsi NTT dipilih KPU Lembata sebagai tempat pemeriksaan kesehatan bersama tim dokternya.
Usai pemeriksaan, terbetik kabar, ada bakal calon entah bupati atau wakil bupati yang bakal kandas karena hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan tidak cukup sehat alias tidak memenuhi syarat dari segi kesehatan untuk menjadi calon bupati atau wakil bupati. Lalu ada upaya untuk melalukan pemeriksaan ulang di rumah sakit lain sebagai bahan pembanding atas pemeriksaan di RSUD Kupang.
Kabar burung itu ternyata mendekati kebenaran, ketika Juru bicara KPU Lembata, Satria Betekeneng, menegaskan, pemeriksaan kesehatan terhadap bakal calon bupati dan wakil bupati hanya satu kali dan bersifat final. Artinya tidak ada pemeriksaan kedua, apalagi pemeriksaan di tempat lain untuk dijadikan sebagai bahan pembanding (Pos Kupang, Selasa, 1/3/2011).
Penegasan Betekeneng itu sontak membuka tabir kebenaran kabar burung tersebut. Masyarakat Lembata, terutama tim-tim sukses pasangan calon yang tidak lolos pemeriksaan kesehatan itu mulai ketar ketir. Lebih parah lagi kalau tim sukses itu ada yang PNS dan pejabat, yang selama ini sudah berani 'jual tampang' dari desa ke desa dan bukan rahasia lagi bagi masyarakat Lembata.
Itu baru pemeriksaan kesehatan. KPU Lembata sudah menjadwalkan akan mengumumkan dan menetapkan paket calon di penghujung Maret ini. Bisa saja ada yang gugur. Gugurnya pasangan calon itu antara lain tidak memenuhi syarat seperti yang digariskan peraturan perundang-undangan.
Rasa cemas juga mulai menghantui pasangan calon lain, terutama pasangan yang diusulkan oleh gabungan partai politik. Bagi Partai Golkar (Paket TITEN) dan PDI Perjuangan (Paket LEMBATA BARU), jalan terbuka menuju calon tetap sudah terbuka lebar karena tidak berkoalisi. Kedua parpol ini sudah memenuhi batas minimal 15 persen perolehan suara pada pemilu legislatif 2009 lalu, karena masing-masing parpol ini memiliki 4 kursi legislatif.
Berada di urutan berikutnya, paket yang juga diprediksikan tidak menemui hambatan dalam koalisi adalah paket SINAR yang diusung PPDI dan PAN, paket JONSON yang diusung PKB dan PDK serta paket AYO yang didukung Demokrat, PKS dan PBR. Ketiga paket ini juga hampir pasti lolos karena koalisi parpol itu jelas, namun belum tentu karena bisa saja terjadi pendobelan dukungan dari parpol.
Paket lainnya seperti LIRIK KUSPLUS, FIRMAN, PAPA NIMUN dan PETANI kini terus berdoa semoga tidak ada 'pengkhianatan' dalam memberikan dukungan. Sebab, bahaya yang paling ditakuti adalah ada parpol yang bermain ganda, artinya memberikan dukungan kepada beberapa paket.
Namun semuanya ini kembali kepada penyelenggaran Pemilu Kada Lembata yakni KPU Lembata. Mereka akan bermain di jalur yang benar, karena tidak ingin terjerembab dalam kasus yang dialami di kabupaten tetangga, Flotim yang hingga kini masih terkatung-katung karena 'salah urus'.
Masyarakat Lembata tentu berharap, semua yang berkaitan dengan pemilu kada di Lembata harus dilakukan sesuai aturan hukum yang ada. Rekayasa hendaknya dijauhkan jika ingin menghasilkan pemimpin Lembata lima tahun ke depan yang lebih baik dari sebelumnya.
Harapan masyarakat kini sedang berada di pundak KPU Lembata yang dikomandani Wilhelmus Panda. Kita tunggu, paket mana yang lolos untuk berperang, dan pada akhirnya paket mana yang akan dipercayakan Tuhan dan Lewotana untuk memimpin daerah ini. Bermain di ranah politik lima tahunan ini, masyarakat sudah sangat pintar. Mereka tentu menginginkan pemimpin yang mampu, jujur dan mampu membawa perubahan untuk mereka dan daerah mereka.
Sumber: Pos Kupang, 9 Maret 2011